Jumat
04 Oktober 2024
smansa
17 Jan 2022, 15:02 pm

TUGAS AKSI NYATA MODUL 1.4.a.10.2 Oleh: NUR ALVIYANTI FAUZI – SMA Negeri 1 Sragen

PENERAPAN BUDAYA POSITIF DI SEKOLAH

TUGAS AKSI NYATA MODUL 1.4.a.10.2

Oleh: NUR ALVIYANTI FAUZI – SMA Negeri 1 Sragen

LATAR BELAKANG

Sebagai pendidik, guru diibaratkan bagai seorang petani yang memiliki peranan penting untuk menjadikan tanamannya tumbuh subur. Guru harus memastikan bahwa tanah tempat tumbuhnya tanaman adalah tanah yang cocok untuk ditanami. Ki Hadjar Dewantara menyatakan bahwa:

“…kita ambil contoh perbandingannya dengan hidup tumbuh-tumbuhan, seorang petani (dalam hakikatnya sama kewajibannya dengan seorang pendidik) yang menanam padi misalnya, hanya dapat menuntun tumbuhnya padi, ia dapat memperbaiki kondisi tanah, memelihara tanaman padi, memberi pupuk dan air, membasmi ulat-ulat atau jamur-jamur yang mengganggu hidup tanaman padi dan lain sebagainya.” (Lampiran 1. Dasar-Dasar Pendidikan. Keluarga, Th. I No.1, 2, 3, 4, Nov, Des 1936, Jan, Febr 1937).

Dari uraian tersebut, dapat dipahami bahwa sekolah diibaratkan sebagai tanah tempat bercocok tanam sehingga guru harus mengusahakan agar sekolah menjadi lingkungan yang menyenangkan, menjaga, dan melindungi murid dari hal-hal yang tidak baik. Dengan demikian, karakter murid tumbuh dengan baik. Sebagai contoh, murid yang tadinya malas menjadi semangat, bukan kebalikannya. Murid akan mampu menerima dan menyerap suatu pembelajaran bila lingkungan di sekelilingnya terasa aman dan nyaman. Selama seseorang merasakan tekanan-tekanan dari lingkungannya, maka proses pembelajaran akan sulit terjadi. Maka di sini lah peran guru dibutuhkan untuk terlaksananya budaya positif di sekolah. Budaya positif tumbuh dari keyakinan akan nilai kebajikan yang disepakati bersama oleh seluruh warga sekolah dan menjadi kebiasaan baik yang dilakukan terus menerus dalam waktu lama.

Saat ini, pandemi sudah lebih bisa diatasi sehingga sekolah telah diperbolehkan melaksanakan PTM terbatas. Murid-murid telah dapat berinteraksi lagi secara langsung baik dengan sesama teman maupun dengan semua gurunya. Namun ternyata, ditemukan bahwa masih ada murid yang kurang melaksanakan disiplin waktu sehingga masih terlambat masuk ke dalam kelas. Terlebih, pada saat itu telah ada guru Bahasa Inggris di dalam kelas yang telah memulai pembelajaran, akan tetapi, murid yang terlambat tidak meminta ijin pada guru tersebut untuk masuk dan mengikuti pembelajaran melainkan main selonong begitu saja. Tentu saja hal ini menjadi permasalahan yang harus diselesaikan dengan penerapan budaya positif di sekolah. Pelaksanaan penerapan budaya positif ini dilaksanakan pada saat kegiatan belajar mengajar pada mata pelajaran Bahasa Inggris.

 

TUJUAN

Adapun tujuan penerapan budaya positif ini adalah:

  1. Murid memahami dan menerapkan etika kesopanan yang benar khususnya terhadap guru yang mengajar dan seluruh lingkungan pada umumnya.
  2. Murid dan seluruh warga sekolah bersama-sama senantiasa melakukan budaya positif untuk kenyamanan dan keamanan bersama.

Download Disini

SEKOLAH

SMA Negeri 1 Sragen

Jl Perintis Kemerdekaan No 16, Sragen Wetan, Sragen

Sukarno, S.Pd., M.Si.

Kepala Sekolah
Editorial 25 Juli 2023

SAMBUTAN KEPALA SEKOLAH