Selasa
08 Oktober 2024
smansa
19 Sep 2024, 15:54 pm

Implementasi Hasthalaku dengan GELARKU sebagai Solusi Mengatasi Degradasi Moral Pelajar

Oleh : Sasa Widya

Kelas : XII-I

Degradasi Moral Pelajar karena Arus Globalisasi

Degradasi moral di kalangan pelajar Indonesia semakin mengkhawatirkan. Fenomena perundungan (bullying), penyalahgunaan narkoba, hingga tindakan kekerasan seringkali melibatkan pelajar. Kondisi ini akan mengarahkan pelajar pada 3 dosa pendidikan yang seperti bullying, intoleransi, dan kekerasan seksual. Terdapat 1.327 anak usia (0-18 tahun) yang menjadi korban kekerasan di Jawa Tengah pada 2022-2023 berdasarkan data BPS Provinsi Jawa Tengah. Hal ini tentunya menjadi kekhawatiran bersama karena dapat menyebabkan kemunduran terhadap masa depan generasi muda kita yang semakin lama semakin kurang beretika.

Kondisi ini menandakan adanya kemunduran nilai-nilai moral dan etika di lingkungan pendidikan. Salah satu pemicu utamanya adalah pengaruh negatif dari media sosial, minimnya teladan dari lingkungan sekitar, serta lemahnya pembelajaran nilai moral di sekolah. Meski aspek akademik terus diperhatikan, aspek pembentukan karakter tampaknya masih perlu diperkuat untuk menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga bermoral dan beretika. Oleh karena itu, sekolah sebagai tempat pengembangan karakter memiliki peranan penting untuk berupaya dalam mencerdaskan karakter generasi bangsa.

 

Hasthalaku Sebagai Solusi 

Arus globalisasi dan digitalisasi telah membawa perubahan besar dalam kehidupan sehari-hari, termasuk di kalangan pelajar. Mereka kini lebih mudah terbawa arus budaya Barat karena akses yang begitu cepat terhadap informasi dan tren global melalui media sosial dan internet. Hal ini menyebabkan pelajar cenderung mengadopsi nilai-nilai dan gaya hidup luar yang mungkin tidak selalu sejalan dengan budaya dan nilai-nilai lokal. Padahal, Indonesia memiliki kekayaan budaya yang baik dan relevan, seperti  Hasthalaku, yang berakar pada kearifan lokal Jawa.

Sebagai respons terhadap masalah ini, muncul konsep  Hasthalaku , sebuah pendekatan yang berakar pada kearifan lokal budaya Jawa.  Hasthalaku  terdiri dari delapan perilaku utama yang diambil dari nilai-nilai luhur budaya Jawa. Nilai-nilai ini meliputi:   Gotong Royong   (kerjasama),   Grapyak Semanak   (ramah tamah),   Guyub Rukun   (kerukunan),   Lembah Manah   (rendah hati),   Ewuh Pekewuh   (saling menghormati),   Pangerten   (saling menghargai),   Andhap Asor   (berbudi luhur), dan   Tepa Selira   (tenggang rasa)

Hasthalaku, dengan delapan nilainya merupakan pedoman moral yang sangat penting dan bisa menjadi benteng bagi pelajar, khususnya di Jawa Tengah, dalam menghadapi tantangan globalisasi. Konsep ini diharapkan mampu menjadi pegangan agar pelajar tetap berakar pada nilai-nilai luhur budaya lokal saat berinteraksi dengan dunia global. Dengan menerapkan Hasthalaku, pelajar bisa bersaing di ranah global tanpa kehilangan identitas moral dan budayanya.

Meningkatkan Moral dan Etika Pelajar melalui Sekolah Adipangastuti dan Peran Duta Adipangastuti

Beberapa langkah dapat dilakukan dengan kolaborasi sekolah, guru, siswa, dan elemen lainnya sebagai berikut : 

  1. Sekolah Adipangastuti adalah sebuah institusi pendidikan yang memiliki visi besar dalam menangani isu degradasi moral di kalangan siswa yang diinisiasi oleh Solo Bersimfoni. Dengan menggunakan pendekatan yang berbeda, sekolah ini menerapkan sistem Hasthalaku, yakni delapan perilaku utama yang harus menjadi landasan dalam segala aspek kehidupan siswa, baik di dalam maupun di luar kelas. Nilai-nilai tersebut tidak hanya diajarkan secara teoritis, tetapi juga diintegrasikan dalam setiap mata pelajaran dan aktivitas sekolah sehari-hari. Sekolah ini percaya bahwa pendidikan bukan hanya soal kecerdasan akademis, tetapi juga tentang pembentukan karakter yang kuat dan berbudi pekerti luhur. Sekolah ini mengintegrasikan delapan perilaku utama  Hasthalaku  ke dalam seluruh aspek kegiatan belajar mengajar melalui inovasi pembelajaran berbasis nilai budaya lokal, para siswa diajak untuk mendalami dan menerapkan nilai-nilai moral yang relevan dengan budaya mereka sendiri. Dengan demikian, siswa diajarkan untuk tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga cerdas berkarakter agar mampu menjadi pribadi yang berbudi luhur dan berkontribusi positif bagi masyarakat.
  2. Duta Adipangastuti adalah salah satu inovasi penting dari Sekolah Adipangastuti yang menjadi ikon serta penggerak utama penerapan nilai-nilai Hasthalaku. Duta Adipangastuti merupakan sekelompok siswa yang dipilih secara khusus untuk menjadi teladan dalam mengimplementasikan nilai hasthalaku di sekolah. Mereka juga bertanggung jawab untuk menyebarkan nilai hasthalaku tersebut kepada teman-teman mereka. Dengan semangat inovasi, Duta Adipangastuti terus mengembangkan berbagai program kreatif yang membuat penerapan Hasthalaku lebih mudah diterima oleh seluruh siswa. 
  3. Inovasi Pengenalan dan Implementasi Hasthalaku di Sekolah : hal ini perlu dilakukan agar implementasi Hasthalaku menarik, mudah dikenal, dan dijalankan oleh para siswa. Peran kepala sekolah, guru, siswa-siswi, dan duta adipangastuti begitu penting untuk dikolabrasikan. Misalnya, mereka mengadakan berbagai kegiatan yang interaktif dan menyenangkan, seperti lomba, seminar, atau proyek kelompok yang mengintegrasikan delapan perilaku utama tersebut. Melalui pendekatan yang lebih menarik dan relevan dengan kehidupan sehari-hari siswa, diharapkan nilai-nilai Hasthalaku dapat menjadi bagian dari identitas dan perilaku siswa secara berkelanjutan.

“GELARKU” Implementasi Hasthalaku bagi Pelajar melalui Literasi

Program “GELARKU” merupakan gerakan literasi berbasis sekolah yang berfokus pada pengenalan dan penerapan Hasthalaku  juga dapat menjadi langkah strategis. Sebagai solusi untuk memperkuat penerapan Hasthalaku di sekolah bagi generasi muda untuk meningkatkan literasi budaya lokal. Dengan adanya pendekatan ini, diharapkan  Hasthalaku  tidak hanya dikenal secara luas, tetapi juga diterapkan dalam kehidupan sehari-hari pelajar, sehingga meningkatkan moral dan karakter bangsa. 

“GELARKU” memiliki arti (kepanjangan) “Gerakan Literasi Karakter Hasthalaku” dan memiliki kesan yang dinamis dan mengingatkan pada kata “gelar” yang bermakna mengadakan atau melaksanakan sesuatu, relevan dengan tujuan program dalam menggelar dan menghidupkan literasi Hasthalaku di kalangan pelajar.

Program “GELARKU” berupa sistem yang dapat diimplementasikan di sekolah yaitu dengan website/laman literasi sekolah. Dengan menyediakan literatur mengenai Hasthalaku seperti artikel, video, puisi, jingle yang dapat dijadikan bahan literasi bagi para siswa. Kemudian mengajak mereka untuk meresume dan melakukan nilai hasthalaku apa yang termuat dalam apa yang telah mereka tau. 

Berbagai cara dan upaya dapat dilakukan sebagai solusi mengimplementasikan nilai Hasthalaku baik di dunia nyata maupun dunia maya. Implementasi Hasthalaku di dunia maya dapat dilakukan dengan memanfaatkan media sosial sebagai platform untuk mempopulerkan  Hasthalaku  yang dapat menjangkau generasi sekarang yang sangat akrab dengan teknologi. Kampanye literasi digital yang mengajak pelajar membuat konten, seperti artikel, video, atau karya kreatif lainnya tentang  Hasthalaku , dapat diunggah dan dibagikan di media sosial. Dengan cara ini, nilai-nilai  Hasthalaku  bisa bersaing dengan budaya luar dan tetap relevan di era global.

Kesimpulan  

Degradasi moral di kalangan pelajar Indonesia memerlukan perhatian serius dan solusi yang komprehensif. Salah satu solusi yang relevan dan dapat diterapkan secara luas adalah konsep  Hasthalaku, yang berakar pada nilai-nilai lokal dan kearifan budaya Jawa. Dengan delapan perilaku utama yang diajarkan melalui pendekatan holistik di sekolah-sekolah seperti Sekolah Adipangastuti, Hasthalaku berhasil mengatasi permasalahan moral dan karakter di kalangan pelajar. Hasthalaku  sebagai solusi berbasis budaya lokal merupakan langkah nyata untuk membentuk generasi yang siap menghadapi tantangan global tetapi juga mencintai kedamaian dan harmoni. Melalui integrasi nilai-nilai lokal dalam kurikulum, program sosial, dan aktivitas keseharian, diharapkan generasi pelajar Indonesia tidak hanya tumbuh cerdas secara intelektual tetapi juga memiliki moral dan etika yang kuat. Dengan begitu implementasi Hasthalaku adalah langkah nyata dalam membentuk generasi yang cerdas dan berkarakter.

Referensi 

Jumlah Anak (Usia 0-18 Tahun) Korban Kekerasan Per Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah, 2022-2023 https://jateng.bps.go.id/id/statistics-table/2/MTAyNiMy/jumlah-anak-usia-0-18-tahun-korban-kekerasan-per-kabupaten-kota-di-provinsi-jawa-tengah.html 

Artikel ini memiliki 0 Komentar

Tinggalkan Komentar

 

SEKOLAH

SMA Negeri 1 Sragen

Jl Perintis Kemerdekaan No 16, Sragen Wetan, Sragen

Sukarno, S.Pd., M.Si.

Kepala Sekolah
Editorial 25 Juli 2023

SAMBUTAN KEPALA SEKOLAH